• Home
  • Siapa Saya
  • SYAIR
  • CERBUNG
  My Amazing Website

Prolog

​“SELAMAT PAGI!!”
Raka membuka pintu kelasnya sambil -seperti biasa dengan suara lantang- menyapa rekannya di ruang kelas perkuliahan.
“Pagi maaaassss. Ish semangat kali lhooo,” ujar Wulan.
Raka, Wulan dan 14 orang lain tergabung dalam kelas Magister Kajian Lingkungan di Universitas Indoasia, sebuah universitas milik pemerintah di pusat Ibu Kota Jayakarta. Raka Handaka Wu, begitulah nama lengkap pria yang baru saja masuk ke ruang kelas itu. Penampilannya nyentrik dengan rambut dicat warna-warni meskipun kebanyakan tertutup topi lusuh abu-abu kegemarannya. Pada awal perkuliahan, ia selalu mengenakan baju panjang menutupi lengan kanan bawahnya yang penuh dengan tato. Seiring berjalannya waktu, karena rekan seperkuliahan sudah mengetahui tato tersebut, ia lebih sering menggulung lengan bajunya.
Raka berusia 36 tahun ketika masuk program ini, tertua dibanding rekannya yang lain. Pria beristri satu dengan dua putra kembar yang masih berusia 7 tahun. Petrus dan Paulus, begitu nama kedua putra kembarnya. Sedangkan istrinya, Siwi, merupakan tenaga pengajar di sebuah sekolah satelit di sebelah Ibu Kota Jayakarta.
”Udah bikin tugas Filsafat Lingkungan, mas?” tanya Dian sesaat setelah Raka meletakkan tas punggung hitam dengan lambang ’ranger’ tersemat di kantong utamanya. Ya, Raka adalah paramiliter yang sering membantu pemerintahnya untuk menyelesaikan masalah-masalah strategis nasional dan sedang untuk studi lanjut. Awalnya ia tidak terlalu ingin terlihat, tapi apa mau dikata, beceng yang Raka sering panggil ’istri pertama’ yang senantiasa menemani kemana langkah Raka pergi terkadang curi-curi pandang ke rekannya sehingga memaksa ia mengakui identitasnya meski tentu tidak semua terungkap.
”Ya pasti laaaahhh..., pasti belooomm!!” seloroh Raka disertai dengan tawa renyahnya. Raka memang dikenal pribadi ramah kepada siapa saja. Bahkan ia bisa dengan santai ngobrol dengan petugas front desk yang terkenal judes dengan mahasiswanya.
Tak lama, seluruh anggota kelas telah lengkap diiringi dengan masuknya Pak Sardi, dosen mata kuliah Filsafat Lingkungan. Raka beruntung kali ini. Pak Sardi mengatakan bahwa tenggat pengumpulan tugas diundur keesokan harinya. Raka tertawa lepas dibalik sungut-sungut rekan sekelasnya yang semalaman begadang untuk penyelesaian tugas.
-
Di balik tawa lepasnya, tidak banyak yang paham bahwa Raka punya beban lain. Tidak ada yang sadar saat itu kantung mata Raka sedikit menggantung tanda kurang tidur semalam tadi. Sebagai paramiliter, Raka memiliki tugas untuk membantu timnya dalam penyelesaian beberapa kasus, tak peduli ia sedang menempuh pendidikan. Tak jarang ia bersama timnya turun langsung ke lapangan dan melakukan infiltrasi kepada target operasi. Hal yang juga tidak diketahui rekan kuliahnya, tangan Raka tidak lah bersih, entah berapa nyawa sudah ia genggam dengan dalih misi operasi.  Tawa renyah, guyonan garing, atau sekedar celoteh riang tak akan dijumpai dalam air mukanya ketika misi. Tergantikan dengan sorot mata tajam yang yang beringas, siap untuk menerkam semua orang yang tertanda merah di dahinya.
Raka sudah tidak asing dengan dua sisi kehidupannya ini. Siang menjadi matahari yang menghangatkan, malam menjadi buas dalam kegelapan. Tadinya Raka bukan lah seorang yang bengis. Raka cilik merupakan pribadi tertutup dan melankolis, mudah tersentuh dan menangis. Tapi masa remaja mengubahnya. Raka banyak mendapatkan penolakan dan pengasingan, justru karena ia anak yang cerdas di lingkungan sekolahnya.
”Jangan sama si Raka, anak cupu, kepinteran dia, nanti kl nilai dia jelek, kita yang disalahin,”. Kurang lebih begitulah teman sekolah Raka ketika itu.
Raka remaja yang tidak punya banyak teman, apalagi teman dekat, mulai mencari jati diri. Sayang, ia salah jalan. Minuman keras dan ganja menjadi sahabatnya dan membuat dia menjadi remaja yang berbeda. Soal percintaan masa remaja pun tak kalah peliknya. Pacar pertama Raka menerima ungkapan perasaan Raka hanya untuk bisa dekat dengan sahabat yang sekaligus sepupu Raka. Pengkhianatan itu yang pada akhirnya membuat Raka makin jatuh dalam lubang gelap.
Semasa kuliah gelar sarjananya, Raka mendapatkan kesempatan kedua. Ia yang memang sebenarnya sangat senang dengan dunia militer masuk keanggotaan resimen mahasiswa. Ia belajar penggunaan senjata dengan baik sampai menjadi pusat perhatian dewan pembina resimen mahasiswa. Dengan melewati berbagai pembinaan, Raka dilibatkan dalam misi pemberantasasan narkotika. Ketergantungannya terhadap ganja justru dimanfaatkan pihak kepolisian untuk dapat menyusup dan menggali lebih dalam gembong-gembong narkotika kelas kakap.
Tak berhenti sampai di situ. Raka yang dengan susah payah berhenti dari ’daun terlarang’ juga berhasil menembus tim khusus anti terorisme berkat kecerdasannya dalam menerjemahkan kode rahasia jaringan teoris. Singkat cerita, meski bukan dari sekolah militer, Raka mampu menjadi paramiliter yang membantu pemerintah dalam menyelesaikan beberapa permasalahan di Indoasia. Hal ini terus ia lakukan sambil bekerja di perusahaan swasta berbekal ijasah sarjana yang dimilikinya selepas kuliah.
Saat ini, Raka punya tugas khusus untuk menimba ilmu. Ia diproyeksi untuk menjadi aset pemerintah di instansi yang akan dibentuk terkait lingkungan hidup. Dengan masuknya Raka di instansi tersebut, Raka diharapkan dapat bergerak lebih leluasa di Indoasia sambil menjalankan tugasnya sebagai paramiliter.
-
”Okhee, jadi gitu ya teman-teman. Besok tugasnya saya tutup di jam 8 pagi, tapi sifatnya tidak wajib ya. Kalau yang mau mengumpulkan ya saya beri komentar, kalau tidak, tidak masalah, tapi untuk ujian akhir ya tetap harus dikumpulkan tugasnya. Untuk minggu depan, saya traktir kopi. Tapi jangan mahal-mahal, gaji dosen ga seberapa. Hahahaha..” Pak Sardi menutup perkuliahan hari ini.
Semua mahasiswa bergegas meninggalkan kelas. Ada sekelompok yang masih berkumpul sementara yang lain memutuskan pulang. Raka termasuk yang pulang. Ia membuka pintu pengemudi jeep tua miliknya, melempar tas hitam ke kursi sebelah pengemudi, duduk dan memasang sabuk pengaman, kemudian menyalakan mobile rig di mobil itu.
”Kepada seluruh unit yang bisa mendengar, ada kejadian menonjol di Jalan Rajawali Utama, mohon bantuan, pelaku diduga memiliki senjata mematikan, harap berhati-hati!” suara dari mobile rig bergema dalam mobil.
”Disini Mayor Muda Raka merespon. Meluncur dengan KR4 Hitam, perkiraan 3 menit”
”Diterima MarMa Raka, stay low and sharp, merahkan jika perlu,”
“ROGER!!”
***

    Kakakkikik

    Archives

    No Archives

    Categories

    All

    RSS Feed

Site powered by Weebly. Managed by Rumahweb Indonesia
  • Home
  • Siapa Saya
  • SYAIR
  • CERBUNG